In Ekonomi Kelembagaan Sekolah

Ekonomi Kelembagaan dan Pertumbuhan Ekonomi

selective focus photography of graph





Sasaran pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi, karena dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang baik, dapat mencerminkan kinerja ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi menjadi tolak ukur bagaimana negara mampu menyejahterakan masyarakatnya. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah melalui perspektif kelembagaan.

📜 Pendekatan Statis: Spesialisasi

Salah satu model pertumbuhan ekonomi yang paling populer dan menjadi tonggak kesuksesan kapitalis di negara maju adalah teori pertumbuhan Harrod-Domar dan Solow melalui fungsi produksinya. Sejak awal, negara kapitalis memiliki stok modal yang tinggi (berwujud tabungan) sehingga memudahkan proses penciptaan proses produksi (melalui investasi). Sebaliknya, di negara berkembang, stok modal sangat rendah sehingga proses investasi berjalan lambat. Biasanya, untuk mengatasi hal ini, negara berkembang melakukan kebijakan Penanaman Modal Asing atau meminta bantuan/hutang terhadap luar negeri. Intinya, investasi harus terus dilakukan karena hal tersebut merupakan satu-satunya sumber pertumbuhan ekonomi nasional.

Namun, dalam perspektif kelembagaan, sumber pertumbuhan ekonomi tidak harus bergantung pada investasi saja. Bahkan, apabila faktor teknologi dianggap konstan (given), pertumbuhan ekonomi juga dapat dicapai. Nah, pertumbuhan ekonomi tanpa adanya perubahan teknologi inilah yang disebut dengan pertumbuhan kasus statis.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam kurva kemungkinan produksi (PPP) berikut:

Hasil gambar untuk pendekatan statis spesialisasi

Dimisalkan suatu negara hanya memproduksi barang X dan Y yang merupakan sumbu horizontal dan vertikal, garis kurva merupakan batas maksimal produksi, sementara titik yang berada pada garis kurva merupakan titik paling efisien karena berarti sumber daya telah dimanfaatkan secara penuh. Apabila titik berada di dalam garis, seperti titik A, maka perekonomian tidak efisien. Dalam kasus ini, perekonomian bisa digerakkan dari titik A menuju titik B tanpa harus mengubah teknologi. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui adanya spesialisasi pekerjaan. Dengan adanya spesialisasi pekerjaan, pekerja dapat mengerjakan tugasnya dengan baik sehingga produktivitasnya akan meningkat dan mutu pekerjaannya akan semakin tinggi.

Agar spesialisasi ini dapat berjalan dengan baik, diperlukan peran kelembagaan, baik formal maupun informal. Dalam kelembagaan formal, tingkat efisiensi diukur dengan rendahnya biaya transaksi, misalnya melalui adanya regulasi maupun memperkuat sistem penegakan.

Bagi kelembagaan informal, seperti agama, budaya, keyakinan, juga turut menentukan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja. Contohnya seperti budaya disiplin dan kerja keras yang kuat diyakini akan memengaruhi produktivitas tenaga kerja. Sebaliknya, apabila budaya yang dianut tidak cukup kuat, maka dapat dipastikan produktivitas yang dihasilkan juga akan rendah.

📜 Pendekatan Dinamis: Perubahan Teknologi

Model sebelumnya adalah model lama yang hanya relevan di masa lalu. Saat ini, hampir sebagian besar produksi dipengaruhi oleh inovasi dan perubahan teknologi. Oleh karenanya, sekarang teknologi tidak dianggap sebagai faktor eksogen dalam proses produksi, tetapi dimasukkan sebagai variabel inti dari fungsi produksi (sejajar dengan modal dan tenaga kerja).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam kurva kemungkinan produksi (PPP) berikut:

Hasil gambar untuk pendekatan dinamis teknologi

DIasumsikan ekonomi beroperasi efisien dan pertumbuhannya ingin ditingkatkan. Maka untuk mencapainya ada dua cara, yaitu meningkatkan jumlah sumber daya dalam proses produksi (input meningkat, output juga akan meningkat). Tipe ini disebut sebagai pertumbuhan ekstensif. Cara kedua adalah dengan meningkatkan produktivitas sumber daya (input tetap dapat menghasilkan output yang lebih besar). Produktivitas tinggi ini disebabkan dari adanya teknologi. Pertumbuhan ini disebut dengan pertumbuhan intensif.

Bagaimana teknologi dapat ditingkatkan?
  1. Negara harus mempercepat dan memperkuat kreativitas manusia (individu diberikan kebebasan dan insentif untuk berpikir dan menciptakan hal baru. Masyarakat dilatih untuk berubah dan melawan status quo)
  2. Mengupayakan agar pasar modal berfungsi dengan baik.
  3. Menciptakan lingkungan yang kompetitif sehingga bisa menekan korporasi untuk terus memperbaiki produknya atau sanggup mengambil resiko.
Schumpeter mengenalkan konsep creative destruction dimana merupakan keberanian untuk merusak konsep lama dan digantikan dengan konsep baru. Contohnya adalah perusahaan yang terus berkembang dan meningkatkan teknologi yang dimilikinya agar dapat terus bersaing di pasar. Dalam jangka panjang, perusahaan ini akan bertahan karena mampu beradaptasi dengan baik.

Sayangnya, di negara berkembang, aspek penelitian dan pengembangan (R&D) masih sangat rendah dan pembiayaannya sedikit sekali, sehingga komitmen untuk mengerjakan perubahan hampir tidak terlihat. Pembiayaan R&D masih bertumpu pada pemerintah sehingga biayanya masih sangat kecil. Seharusnya, swasta juga dapat bergerak untuk mendorong pembiayaan R&D ini.

Hal lain yang bisa dilakukan oleh negara berkembang adalah memperbaiki sektor pendidikan. Dua aspek yang dapat dikerjakan oleh negara berkembang adalah: memberikan kebebasan akademik yang luas sehingga manusia yang bekerja di sektor pendidikan memiliki ruang dan keberanian untuk melakukan eksperimen baru, kemudian meningkatkan anggaran sektor publik sehingga kesempatan untuk mendapatkan pendidikan semakin besar.

📜 Hierarki dan Struktur Kepemilikan Korporasi

Saat ini terdapat tiga pendekatan berbeda dalam menjalankan organisasi ekonomi, yakni teori hak kepemilikan, teori agensi, dan biaya transaksi. Masing-masing menguji organisasi ekonomi dalam skema kontrak, dimana berbeda jauh dengan pandangan neoklasik yang tidak menganggap adanya kontrak.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Hasil gambar untuk teori ekonomi organisasi

Secara umum, teori organisasi ekonomi terbagi dalam dua kategori besar, yaitu kontaktual (aliran kelembagaan) dan non-kontraktual (aliran neoklasik). Aliran kontraktual masih dibagi lagi menjadi empat klasifikasi kecil (plus teori pilhan publik). Pendekatan klasik tentu saja ditolak karena tiga hal, yaitu: batas perusahaan dianggap given, hak kepemilikan diasumsikan telah didefinisikan dengan baik, dan pengingkaran kontrak bisa diselesaikan dengan lancar dan tanpa biaya melalui pengadilan. Nyatanya, ketiga asumsi tersebut tidak benar.

Schlicht menganggap perusahaan sebagai kombinasi dari tiga mekanisme organisasi:
  1. Pasar internal dengan pertukaran
    Merujuk pada motivasi pekerja dalam struktur insentif. Kontrol dilakukan melalui penetapan harga.
  2. Mekanisme perintah/komando
    Menyebabkan perusahaan seperti 'pulau kekuasaan' yang dapat menggantikan pasar (perusahaan punya otoritas untuk memutuskan kemauannya tanpa harus didikte oleh mekanisme pasar).
  3. Mekanisme kebiasaan.
    Melihat perusahaan sebagai 'suku kecil' dengan peran sosial yang saling menutup dan melekat dalam pembagian kerja. Proses inilah yang nantinya akan menimbulkan budaya korporasi.
Disepakati bahwa pengertian organisasi adalah kesepakatan perencanaan untuk mengumpulkan sumber-sumber daya produktif guna mengejar satu atau beberapa tujuan. Dalam praktik organisasi ekonomi yang lebih konkret, Hage dan Finsterbusch mengidentifikasi empat model organisasi yang efektif untuk diterapkan:
  1. Model birokrasi-mekanik
    adalah model yang cocok untuk produksi dengan teknologi sederhana dalam pasar yang besar. Model ini menekankan produktivitas, efisiensi, dan produksi massal dengan modal yang intensif.
  2. Model profesional-organik
    tipe yang tepat untuk produksi dengan teknologi kompleks dengan pasar yang kecil. Menekankan pada inovasi, kualitas produk, dan jasa yang dibuat untuk kebutuhan pelanggan.
  3. Model kerajinan tradisional
    bentuk organisasi yang tepat untuk produksi sederhana dengan pasar yang kecil.
  4. Model perpaduan organik-mekanik
    model untuk produksi dengan teknologi yang kompleks dan pasar yang besar. Model ini menekankan pada efisiensi dan inovasi, kuantitas dan kualitas, serta jasa maupun beragam pelanggan dan produktivitas.

📜 Tata Kelola Perusahaan dan Restrukturisasi Korporasi

Dalam pendekatan ekonomi biaya transaksi, perusahaan (firms) dilihat sebagai struktur tata kelola (governance structures), menggantikan pandangan aliran neoklasik yang menempatkan perusahaan sebagai fungsi produksi. Dalam pendekatan neoklasik, kuantitas input digunakan dalam proses produksi yang telah terspesifikasi, yakni melihat teknologi sebagai faktor eksogen yang akan menentukan kuantitas output. Dalam tradisi ekonomi biaya transaksi, perbedaan derajat sisa stok dari input yang berlainan akan mempengaruhi perilaku pemilik modal; ketidakmampuan untuk mengamati kualitas atau upaya akan mempengaruhi efektivitas dari input-input yang lain; kualitas manajerial akan menentukan seberapa baik input-input bila dikombinasikan; dan seterusnya.mekanisme tersebut berlangsung untuk menghindari terjadinya masalah biaya transaksi. 

Oleh karena itu sejak pandangan neoklasik mendominasi teori ekonomi dalam beberapa dekade terakhir, pendekatan yang dimunculkan oleh ekonomi biaya transaksi ini bisa disebut sebagai hal yang dramatis dan revolusioner.

Ada beberapa mekanisme untuk mengontrol manajemen yang terdapat dalam kelola korporasi
  1. Model komisaris (the board of directors model): pemegang saham memilih komisaris bertidak mewakili kepentingan mereka, dan badan ini sbeliknya memonitor manajemen puncak dan meratifikasi keputusan penting. Badan ini juga terdiri dari eksekutif (yaitu tim manajemen) dan direktur non-eksekutif yang orang luar.
  2. Model perjuangan perwakilan (proxy fights model): tentu saja, jika kinerja anggota komisaris cukup buruk maka pemegang saham dapat menggantikannya.
  3. Model pemegang saham besar (large shareholders model): pemegang saham kecil memiliki sedikit insetif untuk memonitor manajemen atau meluncurkan model perjuangan perwakilan.
  4. Model pengambilalihan paksa (hostile takeovers model): pengambilalihan paksa pada prinsipnya merupakan mekanisme yang jauh lebih kuat untuk mendisiplinkan manajemen, karena model ini memungkinkan seseorang yang berhasil mengidentifikasi kinerja perusahaan kurang baaik bakal mendapatkan penghargaan yang besar.
  5. Model struktur keuangan (financial structure model): sumber disiplin lain yang penting bagi manajer adalah adanyaa insentif yang diberikan melalui struktur keuangan korporasi, khususnya pilihan perusahaan dalm melakukan utang (debt). 
Sumber: Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta: Erlangga.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In Ekonomi Kelembagaan Sekolah

Teori Perubahan Kelembagaan

Hasil gambar untuk quotes about change


Kelembagaan bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan zaman, karena itulah perubahan kelembagaan memiliki dua dimensi, yaitu perubahan konfigurasi antarpelaku ekonomi akan memicu terjadinya perubahan kelembagaan (dalam pendekatan ini, perubahan kelembagaan dianggap sebagai dampak dari perubahan pelaku ekonomi) dan perubahan kelembagaan yang sengaja didesain untuk memengaruhi kegiatan ekonomi (kelembagaan ditempatkan sebagai instrumen untuk mengatur kegiatan ekonomi, termasuk aktor ekonomi yang terlibat).

Perubahan kelembagaan ini sama pentingnya dengan desain kelembagaan, karena itulah dibutuhkan beberapa teori sebagai pemandu proses perubahan kelembagaan.

📜Perubahan Kelembagaan dan Transformasi Permanen

Perubahan kelembagaan berarti terjadi perubahan dalam regulasi dan organisasi, perilaku, dan pola interaksi. Arah perubahan ini disebabkan oleh meningkatnya perbedaan prinsip-prinsip dan pola umum dalam kelembagaan yang saling berhubungan, sementara dalam waktu yang sama terjadi peningkatan kebutuhan untuk melakukan integrasi dalam sistem sosial yang kompleks.

Perubahan kelembagaan ini mendorong perubahan kondisi, yang kemudian mendorong penyesuaian baru yang diperlukan melalui faktor eksternal (feedback) dan faktor internal (melalui internalisasi potensi produktivitas dan pemanfaatan sumber daya untuk menciptakan keseimbangan baru).

Dengan demikian, perubahan kelembagaan adalah:
Proses transformasi permanen yang merupakan bagian dari pembangunan.
Tujuan dari perubahan ini adalah untuk menginternalisasikan potensi produktivitas yang lebih besar dari perbaikan pemanfaatan sumber daya yang secara simultan akan menciptakan keseimbangan baru.

Lima proporsi yang mendasari karakteristik dari perubahan kelembagaan adalah:
  1. Interaksi kelembagaan dan organisasi yang terjadi terus-menerus di dalam setting ekonomi kelangkaan, dan kemudian diperkuat oleh kompetisi, merupakan kunci terjadinya perubahan kelembagaan.
  2. Kompetisi akan membuat organisasi menginvestasikan keterampilan dan pengetahuan untuk bertahan hidup. Jenis keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan oleh individu dan organisasinya akan membentuk perkembangan persepsi tentang kesempatan dan pilihan yang mengubah kelembagaan.
  3. Kerangka kelembagaan mendikte jenis keterampilan dan pengetahuan yang dianggap memiliki hasil maksimum.
  4. Persepsi berasal dari konstruksi/bangunan mental para pemain/pelaku.
  5. Cakupan ekonomi, komplementaritas, dan eksternalitas jaringan matriks kelembagaan menciptakan perubahan kelembagaan yang meningkat dan memiliki jalur ketergantungan.
Perubahan kelembagaan juga bisa muncul dari perubahan tuntutan pemilih atau perubahan kekuasaan pemasok kelembagaan (pemerintah). Perubahan kelembagaan juga dapat muncul dari sisi atas (supply) yang berupa hasil regulasi dari pihak yang memiliki otoritas, maupun dari sisi bawah (demand) dimana merupakan hasil pertarungan antarpelakunya.

North juga percaya bahwa terdapat dua faktor utama sebagai cara untuk memahami perubahan dinamika kelembagaan. Pertama, perubahan kelembagaan sebagai hubungan simbiotik antara kelembagaan dan organisasi yang mengelilingi di sekitar struktur insentif yang disediakan oleh kelembagaan. Kedua, perubahan kelembagaan sebagai proses umpan balik dimana individu merasa dan bereaksi terhadap perubahan berbagai kesempatan.

Perubahan kelembagaan ini tidak terjadi dengan cepat dan tanpa hambatan. Sebaliknya, walaupun proses kelembagaan ini terjadi secara permanen, proses kelembagaan penuh liku dan tidak selalu menuju pada perbaikan efisiensi.

📜Perubahan Kelembagaan dan Kelompok Kepentingan

Sebenarnya, bagaimana proses dari perubahan kelembagaan itu sendiri? Menurut North, proses perubahan kelembagaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Perubahan harga relatif mendorong satu atau dua pihak mengadakan pertukaran (politik atau ekonomi) untuk menunjukkan bahwa satu atau kedua belah pihak dapat bekerja lebih baik dengan kesepakatan atau kontrak yang telah diperbarui. Karena kontrak disusun dalam peraturan yang hierarkis, renegosiasi tidak mungkin dilakukan tanpa adanya restrukturisasi peraturan yang lebih tinggi (dan renegosiasi juga memerlukan biaya yang besar).
Terdapat dua cara untuk menganalisis perubahan kelembagaan: pertama, pendekatan biaya dan manfaat (cost and benefit) yang meyakini bahwa kekuatan motif dapat membangun kelembagaan menjadi lebih efisien. Pendekatan ini biasa disebut 'teori naif' dari perubahan kelembagaan. Kedua, memandang perubahan kelembagaan sebagai hasil perjuangan antara kelompok-kelompok kepentingan, yang kemudian disebut sebagai teori kelompok kepentingan dalam perubahan kelembagaan.

Teori naif fokus pada hasil perubahan kelembagaan dan menyatakan bahwa kelembagaan yang efisien bisa muncul secara otomatis walaupun semu. Sementara teori kelompok kepentingan menekankan pada proses yang mendorong ke arah perubahan kelembagaan.

Sementara, Hira dan Hira menjelaskan perubahan kelembagaan dari perspektif yang berbeda, yaitu perubahan kelembagaan terjadi sebagai reaksi dari faktor ekonomi baru, yang biasanya direfleksikan dengan adanya perubahan harga relatif dan selera. Selain itu, wirausahawan mengeksploitasi seluruh potensi yang terdapat dalam sebuah sistem kelembagaan, yang ujungnya akan menghasilkan perubahan yang inovatif.

Namun, kesimpulan tersebut bisa menyesatkan karena tiga alasan:

  1. Karena masalah free-rider : perubahan kelembagaan tidak perlu terjadi meskipun terdapat tuntutan bagi berlangsungnya perubahan kelembagaan.
  2. Sekalipun kelompok-kelompok dari individu secara sukarela menyetujui terhadap kesepakatan kelembagaan baru yang menghasilkan keuntungan bersih, di mana diharapkan laba tersebut bisa positif untuk masing-masing individu, tetap saja kesepakatan itu tidak akan meningkatkan keuntunga  sosial.
  3. Interpretasi terhadap perubahan kelembagaan yang efisien mengabaikan distribusi kekuasaan di dalam ekonomi.
Dengan begitu, perubahan kelembagaan merupakan hasil perjuangan antara berbagai kelompok yang berharap mendapatkan pembagian lebih baik di dalam pemanfaatan sumber daya dan distribusi pendapatan dan mereka yang berusaha menghalangi. Empat hal yang meliputi individu atau kelompok yang berusaha mengubah kesepakatan kelembagaan atau lingkungan kelembagaan, bisa dipertimbangkan sebagai sumber perubahan:
  1. Perubahan harga relatif dalam jangka panjang bisa mendorong ke peningkatan aktivitas ekonomi tertentu atau membuat aktivitas ekonomi baru. Jika kelembagaan ekonomi yang sedang berjalan tidak cocok untuk meningkatkan atau menciptakan aktivitas ekonomi baru, maka orang-orang akan memiliki rangsangan untuk melakukan perubahan kelembagaan.
  2. Kesempatan teknologi baru bisa menciptakan pendapatan yang potensial, yang hanya dapat ditangkap jika kelembagaan ekonomi yang sedang berjalan dapat diubah. Sumber perubahan kelembagaan ini terjait dengan poin sebelumnya, karena perubahan harga relatif dalam jangka panjang merupakan alasan utama untuk mengadopsi kesempatan teknologi baru di dalam kegiatan ekonomi.
  3. Kesempatan dalam mencari rente dapat memicu kelompok kepentingan melakukan perubahan kelembagaan guna menyesuaikan sewa dan redistribusi pendapatan sesuai keinginannya. Kesempatan ini bisa muncul karena terjadi perubahan dalam sistem ekonomi.
  4. Perubahan dalam sikap kolektif bisa juga menyebabkan perubahan kelembagaan.
Scott mengidentifikasi empat fase dimana perubahan kelembagaan terjadi dalam konteks historis, dimana perubahan kelembagaan dipicu oleh otoritas formal (regulasi) maupun informal (kesepakatan maupun nilai yang berkembang):
  1. Perubahan spontan dan tidak berlanjut oleh revolusi dan penaklukan
  2. Perubahan spontan dan ikremental dari pemanfaatan tradisi dan perilaku umum
  3. Perubahan ikremental oleh proses pengadilan dan evolusi undang-undang umum
  4. Perubahan ikremental yang dilakukan oleh imperialis, birokrasi, atau politik
Dua faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kelembagaan adalah:

  1. Permintaan dari pelaku (contoh: tenaga kerja dalam perusahaan). Contohnya ketika para tenaga kerja menuntut kenaikan upah dengan cara mogok kerja, ketika keadaan sudah tidak dapat dikendalikan, para pemilik modal mau tidak mau akan menuruti permintaan tersebut agar perusahaan dapat kembali berjalan seperti sedia kala. Proses ini tentu telah mengubah kelembagaan.
  2. Penawaran dari lembaga yang memiliki otoritas spesifik (contoh: perubahan undang-undang oleh pemerintah). Contohnya ketika pemerintah tiap tahun meningkatkan upah minimum. Perusahaan mau tidak mau harus mengikuti regulasi yang telah ditetapkan pemerintah tersebut.
Selain itu, terdapat juga dua tipe perubahan kelembagaan berdasarkan proses yang dilakukan, yaitu perubahan kelembagaan terinduksi (modifikasi/penggantian kesepakatan kelembagaan yang telah ada/menambahkan kesepakatan kelembagaan baru yang dieksekusi, diorganisasi, atau diinisiasi oleh kelompok untuk menyikapi kesempatan yang bisa memberikan keuntungan), selain itu juga ada perubahan kelembagaan yang dipaksakan (sama dengan sebelumnya, hanya saja dieksekusi oleh tata pemerintahan atau hukum)

📜Alat Ukur dan Variabel Perubahan Kelembagaan

Tolak ukur secara makro maupun mikro alat ukur ini sangat dibutuhkan oleh para pengambil kebijakan sehingga mereka mengetahui jenis kebijakan mana yang sedang dibutuhkan. Untuk mencapai perupahan dalam kelembagaan harus dibuat detail rancangan tindakan yang akan dilakukan serta efek apa yang mau ditimbulkan seperti pada level makro maka otoritas pemerintah lah yang bergerak. Dalam proses transisi pasti ada beberapa kebijakan yang akan dirubah dan pastinya akan bersinggungan dengan kebijakan lain misalnya saja lahan public seperti masalah free riders dan sebagainya. Pada level mikro perubahan kelembagaan terjadi pada pemilik modal dengan tenaga kerjapada zaman dalu keuntungan lebih kepada budak tetapi di era sekarang ini lebih kepada pemilik modal. Dalam perubahan kelembagaan informal berasal dari reputasi, kredibilitas, dan konsensus basis-basis kelembagaan informal ini apabila dicapai dengan benar akan menopang kinerja.

📜Organisasi, Pembelajaran, dan Perubahan Kelembagaan


Dalam konteks ekonomi, perubahan kelembagaan selalu dikaitkan dengan atribut keuntungan yang bakal dinikmati oleh pelaku yang terlibat di dalamnya. Dengan diktum ini, perubahan kelembagaan memiliki keuntungan bagi masyarakat hanya jika biaya-biaya yang muncul akibat perlindungan hak-hak lebih kecil ketimbang penerimaan dari alokasi sumber daya yang lebih baik. Apabila biaya yang muncul terlalu tinggi, mungkin diperlukan langkah untuk mendesain kelembagaan non pasar dalam rangka mencapai alokasi sumber daya lebih efisien. Tentu saja, salah satu kelembagaan nonpasar datang dari pemerintah/negara. Dalam posisi ini pemerintah mengintroduksi kebijakan yang bisa memengaruhi aktivitas ekonomi. Pada kasus di sektor pertanian, misalnya, persoalan yang umum dijumpai adalah keengganan petani untuk mengambil resiko apabila dihadapkan dengan penggunaan/perubahan teknologi. Pemerintah dapat memengaruhi atau mengubah sikap tersebut dengan mengeluarkan kebijakan, misalnya, penjaminan risiko sehingga petani mau mengambil kesempatan untuk mengadopsi teknologi baru. Bila jalur ini berhasil, maka proses perubahan kelembagaan akan terjadi.\

Dalam praktiknya, kegiatan transaksiekonomi akan selalu memakai satu di antara dua instrumen berikut: pasar atau organisasi. Menurut Coase, pasar dan organisasi merupakan dua tipe ideal koordinasi dalam proses transaksi pertukaran. Pasar yang ideal dikarakteristikan oleh fakta bahwa hukum harga sebagai ‘kecukupan statistik’ bagi sumber pengambilan keputusan individu. Sebaliknya, organisasi yang ideal dicirikan sebagai keseluruhan bentuk koordinasi transaksi yang tidak menggunakan instrumen harga untuk mengomunikasikan informal di antara pelaku-pelaku transaksi.

Perubahan kelembagaan bisa dipetakan dalam dua tahapan berikut: peningkatan pendapatan (increasing return) dan pasar tidak sempurna (imperfect market) yang mengakibatkan tingginya biaya transaksi.

Sumber: Yustika, Ahmad Erani. 2013. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Erlangga

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments