In Ekonomi Kelembagaan Sekolah

Teori Kontrak dan Tindakan Kolektif - Suara dari Kelompok Itu Penting!

Sumber: Gundala (2019)

Setelah mengenal biaya transaksi, sekarang kita akan membahas mengenai "teori kontrak dan tindakan kolektif". Nah, biasanya dalam suatu transaksi ada pihak-pihak yang lebih diuntungkan. Contohnya, ketika mau beli makeup preloved atau bekas pakai, pihak penjual bisa saja tidak memberitahukan apakah makeup yang dijualnya pernah jatuh, apakah pernah dibiarkan di bawah sinar matahari, atau apakah barang tersebut palsu. Pembeli merasa dirugikan karena adanya informasi yang tidak seimbang antara penjual dan pembeli. Karena itulah, harus ada sebuah aturan yang menjaga kesetaraan antara pembeli dan penjual, salah satunya adalah dengan adanya kontrak dan tindakan kolektif.

📜Teori Kontrak dan Informasi Asimetris

Hasil gambar untuk contract
Sumber: Wikipedia

Nah, dalam ekonomi biaya transaksi, dasar analisisnya adalah kontrak. Kontrak itu apa sih? Menurut Dixit, kontrak adalah:

Kontrak secara umum menggambarkan kesepakatan satu pelaku untuk melakukan tindakan yang memiliki nilai ekonomi kepada pihak lain, tentunya dengan konsekuensi adanya tindakan balasan (reciprocal action) atau pembayaran.

Dalam teori ekonomi neoklasik, kontrak diasumsikan dalam kondisi lengkap (complete contract) yang dapat dibuat dan ditegakkan tanpa biaya. Realitanya yaa jelas beda sama ekspektasi ya. Untuk membuat kontrak yang lengkap ternyata sulit banget (hampir mustahil!).

Kontrak selalu tidak lengkap karena ada dua alasan, yang pertama karena adanya ketidakpastian (uncertainty) yang menyebabkan terbukanya peluang yang cukup besar bagi munculnya kemungkinan (contingenties) sehingga muncullah biaya tambahan untuk mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan apa saja yang dapat terjadi. Kedua, kinerja kontrak khusus (biasanya seperti menentukan butuh berapa tenaga pekerja untuk menyelesaikan tugas yang rumit) menentukan biaya tambahan untuk melakukan pengukurannya. Karena itulah adanya pelanggaran kontrak seringkali menyulitkan pihak pengadilan untuk memberikan bukti sebagai dasar keputusan.

Munculnya ketidakpastian sebenarnya muncul dari adanya informasi yang asimetris (contohnya seperti yang kutuliskan di intro). Karena itulah, dibutuhkan kontrak agar informasi yang tidak seimbang itu dapat dikurangi. Semakin besar kemungkinan terjadi informasi yang asimetris itu, dibutuhkan kontrak yang lebih komplit pula untuk mereduksinya.

Menurut George, informasi yang asimetris itu dapat direduksi melalui lembaga pasar perantara. Bingung ya? Contohnya adalah adanya garansi atas barang yang dibeli. Garansi memberikan pembeli waktu untuk mencari informasi mengenai barang. Selain itu, ada juga merek, kongsi, dan franchise sebagai jaminan bagi pembeli.

Kembali membahas kontrak, setidaknya terdapat tiga jenis kontrak, yaitu:

  1. Teori Kontrak Agen: setidaknya terdapat dua pihak, yaitu principal (pihak yang memperkejakan agent untuk melaksanakan pekerjaan atau layanan yang diinginkan principal) dan agent. Informasi dikatakan asimetris karena: tindakan agent tidak diawasi langsung oleh principal, atau agent membuat beberapa pengamatan yang tidak diketahui oleh principal. Kesepakatan antar keduanya bisa ditegakkan secara legal.
  2. Teori Kesepakatan Otomatis: seperti namanya, dalam kontrak ini dikatakan bahwa tidak seluruh hubungan atau pertukaran bisa ditegakkan secara legal. Adanya kontrak ini digunakan untuk memastikan bahwa keuntungan dari berbuat curang selalu lebih rendah dari laba yang didapatkan dengan mematuhi kontrak. Dalam kontrak ini, tidak ada intervensi dari pihak ketiga.
  3. Teori Kontrak Relasional: adalah kontrak yang tidak bisa menghitung seluruh ketidakpastian di masa depan, hanya berdasarkan kesepakatan di masa lalu dan sekarang, dan ekspektasi di masa depan.

📜Mekanisme Penegakan dan Instrumen Ekstralegal

Hasil gambar untuk informal rules
Sumber: 1stbikes

Kesimpulan mengenai kontrak yang telah dibahas sebelumnya, terdapat empat aspek yang merupakan faktor pembeda jenis kontrak, yaitu:

  1. Durasi kontrak: jangka waktu kontrak sangat berhubungan dengan atribut dari transaksi, karena itu, durasi seringkali menggambarkan komitmen dari pelakunya.
  2. Derajat kelengkapan: seperti harga, kualitas, aturan delay, dan penalti. Derajat kelengkapan kontrak meningkat seiring dengan spesifikasi aset dan menurun apabila ada ketidakpastian.
  3. Insentif: kontrak biasanya menyinggung hal ini. Contohnya seperti upah berdasarkan jam kerja, distribusi pekerja, pengembalian aset, dan sewa antar mitra.
  4. Prosedur penegakan: adanya kontrak bertujuan untuk saling menguntungkan, tapi pada saat bersamaan, kontrak juga menyimpan resiko kerugian melalui adanya sikap oportunis. Hasilnya, akan ada godaan untuk bersikap menyimpang. Solusinya, perlu adanya kesepakatan yang optimal dengan cara mendesain kontrak agar pelaku mematuhi kontrak yang telah disepakati.

Karena kita mau bahas mekanisme penegakan, ada dua tipe penegakan di masyarakat, yaitu aturan formal dan informal. Penegakan itu sendiri dipengaruhi oleh daya tekan (coercive power) dari negara atau norma dalam masyarakat. Realitanya, penegakan pun sangat rumit. Terlebih bila terjadi rasionalitas terbatas (dimana terjadi kesulitan mengelola informasi karena terlalu banyak informasi yang tersedia). Dalam kasus semacam ini, dibutuhkan sebuah instrumen tambahan, seperti jaminan ekstralegal, penyanderaan, agunan, strategi balas-dendam, reputasi, dan sebagainya.

📜Teori Tindakan Kolektif dan Free-Riders

Hasil gambar untuk free riders
Sumber: medium

Teori ini dikemukaan oleh Mancur Olson dan sangat efektif untuk mengatasi masalah free riders dan mendesain jalan keluar untuk pengelolaan sumber daya dan barang publik. Menurutnya, ada tiga determinan penting dalam keberhasilan suatu tindakan, yaitu:

  1. Ukuran: semakin besar sebuah kelompok kepentingan, maka makin sulit untuk mengasosiasikan kepentingan antar anggota kelompok. Begitu pula sebaliknya.
  2. Homogenitas: semakin beragam kepentingan anggota kelompok, makin rumit memformulasikan kesepakatan bersama, karena tiap anggota pasti mementingkan kepentingan pribadinya. Homogenitas diperlukan untuk memudahkan kerja dalam kelompok.
  3. Tujuan kelompok: tujuan harus dibuat secara fokus dengan mempertimbangkan kepentingan semua anggota.

Tunggu, tindakan kolektif itu sebenernya yang kayak gimana, sih? Contohnya adalah serikat kerja (labour union) yang melakukan perundingan diantara sesamanya untuk menentukan kepentingan mana yang akan dirundingkan dengan pemilik modal. Nah, serikat kerja ini dapat mendesakkan kepentingan mereka agar sebuah regulasi bisa berubah sesuai tuntutan mereka.

Bagaimana dengan free riders? Free riders ini adalah munculnya penunggang bebas yang ingin memperoleh manfaat tanpa harus terkena beban (biaya). Ternyata, tindakan kolektif ini dapat memunculkan free riders (apabila tindakan kolektif yang didesain kurang matang dan tidak jelas) dan sebaliknya, dapat juga sebagai solusi untuk mengatasi free riders (apabila mereka yang dirugikan dari adanya free riders ini menggalang kekuatan yang berujung pada tindakan kolektif). Tentunya, tindakan kolektif yang terencana dan matang bukan merupakan sumber munculnya free riders, tapi justru untuk mengatasinya.

📜Pilihan Rasional dan Tindakan Komunikatif 

Individu cenderung mementingkan diri sendiri demi memenuhi hasrat keuntungan.

Nah, dari pengertian ini, kesimpulannya adalah tindakan kolektif akan diambil oleh individu apabila upaya tersebut memberikan keuntungan yang lebih besar daripada bila ia tidak melakukannya. Dan sebaliknya, jika kemungkinan munculnya free riders cukup besar, maka ia akan mengundurkan diri karena pihak free riders akan menggerogoti keuntungan yang seharusnya didapatkan bersama.

Setidaknya terdapat dua pendekatan dalam teori pilihan rasional ini, yaitu kuat (strong approach) dan lemah (weak approach).


  • Pendekatan Kuat (Strong approach)
    Pendekatan ini melihat rintangan sosial dan kelembagaan sebagai produk dari tindakan rasional, dan tindakan rasional itu sendiri menjadi penyebab munculnya analisis pilihan rasional. Terdapat tiga solusi internal yang dapat direkomendasikan: perlunya solusi internal yang kuat terhadap masalah free riders, mengabaikan isu-isu politik dalam memotivasi orang-orang untuk berpartisipasi (contohnya, dalam demonstrasi, tidak perlu membahas ideologi atau agenda politik yang berlebihan, cukup dengan menyediakan makanan atau minuman yang mmebuat demonstran mau terlibat dalam aksi tersebut), dan perlunya memunculkan kerja sama kondisional yang saling menguntangkan.
  • Pendekatan Lemah (Weak approach)
    Pendekatan ini menempatkan halangan sosial dan kelembagaan sebagai suatu kerangka yang pasti ada karena aktor-aktor rasional berusaha memaksimalkan keuntungan atau meminimalkan biaya. Setidaknya terdapat dua solusi eksternal yang dapat dirujuk, yaitu: otoritas sentral, seperti negara contohnya, menyediakan insentif selektif bagi mereka yang berpartisipasi dalam tindakan kolektif dan/atau menghukum mereka yang menolak bergabung dalam tindakan kolektif tersebut. Solusi lainnya adalah menekankan pada desentralisasi komunitas ketimbang otoritas sentral, menurut Taylor, tindakan kolektif akan berhasil ketika hubungan antar komunitas dicirikan oleh sifat komunitas, karena komunitas melihat persoalan sosial dan kelembagaan sebagai masalah bersama.


Wujud dari tindakan kolektif ini dapat dilihat dari sisi komunikasi, dimana menurut Habermas, ada dua kawasan dalam masyarakat yang terpisah tapi saling bergantung, yaitu:


  • Sistem: kawasan produksi dan reproduksi material yang seluruh tindakannya ditujukan untuk menggapai keberhasilan, baik tindakan strategis maupun instrumental. Suatu tindakan dikatakan strategis apabila aksi yang dilakukan mengikuti aturan dan bertujuan untuk memengaruhi keputusan pihak lain. Sementara, suatu tindakan dikatakan instrumental apabila aksi yang dilakukan mengikuti aturan teknis dan campur tangan dalam lingkungan dan peristiwa material.
  • Dunia nyata: merupakan perwujudan ruang atas latar kemauan yang dibagi secara kolektif yang ditransformasikan lewat proses yang terus berjalan atas tindakan komunikatif. Tindakan komunikatif ditekankan pada interaksi antara dua pihak atau lebih untuk mencari kesepakatan bersama.


Sumber: Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ternyata cukup panjang ya, tulisan kali ini! Semoga paham materinya dan mendapatkan ilmu baru, ya! Mohon maaf kalau masih rumit bahasanya.

Related Articles

0 wanderer:

Posting Komentar