Sumber: curiousleftist |
Memangnya, apa sih pentingnya lembaga dalam perekonomian?
Hmm, coba kita flashback dulu ke sejarah Indonesia. Dulu, kita pernah dijajah oleh beberapa negara, seperti Portugis, Spanyol, Belanda, dan Jepang. Tujuannya apa? Selain mencari rempah-rempah yang banyak dicari di Eropa, mereka juga bertujuan untuk menyebarkan agama Kristen dan memperluas wilayah jajahan mereka. Tujuan ini biasanya dirangkum dalam 3G (Gold, Glory, Gospel) atau biasanya dikenal dengan semangat merkantilisme, karena negara penjajah mendapatkan kekuatan dengan cara melemahkan perekonomian negara jajahannya.
Sumber: thehistoryvault.co.uk |
Sumber: visualcapitalist.com |
Melalui cerita VOC di atas kita jadi tahu, ternyata peran lembaga itu begitu penting. Bahkan, saat ini pun "budaya" VOC seperti korupsi atau KKN masih marak terjadi di lembaga pemerintahan kita. Bobroknya sistem kelembagaan, ternyata pada akhirnya akan berimbas pada implementasi kebijakan ekonomi suatu negara. Ngeri!
Karena telah muncul sejak lama, tentunya Ekonomi Kelembagaan juga mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, dimana pada akhirnya dibagi menjadi dua, yaitu Ilmu Ekonomi Kelembagaan Lama (Old Institutional Economics) dan Ilmu Ekonomi Kelembagaan Baru (New Institutional Economic). Wah, apa lagi tuh bedanya new sama old?
Adanya istilah lama dan baru ini bukan berarti yang lama sudah tidak dipakai lagi, tapi penggunaan istilah ini lebih kepada konteks pembedaan tradisi berpikir dan konsentrasi isu yang digeluti. Nah, apa sih Ilmu Ekonomi Kelembagaan Lama?
John R. Commons |
Thorstein Veblen |
Bagaimana dengan Ilmu Ekonomi Kelembagaan Baru? Ilmu Ekonomi Kelembagaan Baru ini bersumber dari banyak tokoh, tidak seperti Ilmu Ekonomi Kelembagaan Lama. Bidang inii menempatkan diri sebagai pembangun teori Ekonomi Kelembagaan yang didasarkan pada asumsi neoklasik. Kelembagaan Baru mengeksplorasi hal-hal kelembagaan yang bersifat non-pasar, seperti hak kepemilikan, kontrak, dll. sebagai upaya untuk mengompensasi kegagalan pasar (market failure). Dalam pendekatan ini, informasi yang tidak sempurna, eksternalitas produksi, dan barang publik, merupakan faktor kunci terjadinya kegagalan pasar, dan karena itulah diperlukan kelembagaan yang bersifat non-pasar.
Jadi, perbedaannya adalah bahwa Ilmu Ekonomi Kelembagaan Lama kajiannya fokus pada kebiasaan atau perilaku yang akan menentukan formasi kelembagaan. Sementara Ilmu Ekonomi Kelembagaan Baru berfokus pada kendala yang menghalangi kondisi kelembagaan, dan memfokuskan kelembagaan sebagai kerangka interaksi antarindividu.
Kenapa sih belajar Ekonomi Kelembagaan itu penting?
Ekonomi Kelembagaan muncul sebagai kritik dari aliran klasik maupun neoklasik, karena dalam aliran klasik maupun neoklasik, beberapa asumsi nyatanya kurang sesuai bila dihadapkan pada fenomena sehari-hari. Salah satu contohnya adalah asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional, yang ketika membuat keputusan untuk membeli sesuatu, maka pertimbangannya adalah faktor harga dari barang yang akan dikonsumsi tersebut. Apabila barangnya murah, maka ia akan membelinya, dan ketika harga barang tersebut mahal, maka ia tidak akan membelinya.
Namun, dalam kenyataannya, tidak hanya faktor harga barang yang memengaruhi keputusan untuk membeli barang tersebut. Ada faktor jarak, faktor kedekatan dengan penjual, faktor gaya hidup, kualitas barang, dan faktor-faktor lain yang tidak diperhitungkan oleh ekonom aliran klasik maupun neoklasik. Dalam Ekonomi Kelembagaan, hal-hal ini diperhitungkan, sehingga kita dapat memandang sebuah aktivitas ekonomi dari sudut pandang yang baru dan berbeda.
Bagaimana? Tertarik mempelajari Ekonomi Kelembagaan lebih jauh?
Daftar Pustaka:
Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta: Erlangga.
Aji, Seno. 2018. Apa yang Dimaksud dengan Sistem Ekonomi Merkantilisme (https://blog.ruangguru.com/apa-yang-dimaksud-dengan-sistem-ekonomi-merkantilisme-) diakses pada 20 Agustus 2019.
0 wanderer:
Posting Komentar