Sore itu.
Hujan rintik-rintik. Aku melangkahkan kaki untuk berteduh di taman dekat sekolah.
Duduk di sebuah bangku taman yang terlindung dari tetes dingin itu, aku menyebar pandangan ke penjuru taman. Di bangku sebelahku seorang ibu tengah menyuapi anaknya yang duduk manis; seorang pria yang tengah mengisap tembakau; pemuda seumuranku yang tertunduk berkutat dengan layar handphonenya; dan wanita yang sibuk mondar-mandir sembari melirik arlojinya. Mungkin ia sedang dikejar waktu.
Hingga manik mataku jatuh pada sebuah bangku taman tak berpenghuni yang terletak di pojok. Tak terurus, tak diacuhkan.
Pikiranku terlempar ke dimensi lampau.
Ketika masih ada kita. Ketika masih ada tempatku untuk pulang. Ketika masih ada yang mau mendengar dan melihatku. Ketika masih ada yang mau menerimaku.
Kita terduduk disana. Berlatar rerumputan dan sinar terik matahari, saling melepas rindu. Bersua setelah lama tak jumpa. Saling bertukar cerita yang terlewat. Tertawa bersama, bertukar pandang, dan tersenyum malu-malu. Saling genggam dan menguatkan, lalu mengharu diam-diam.
Aku mengedip. Menahan air mata yang tanpa sadar menggenang. Telah kembali ke masa sekarang.
"Karena apa yang kita punya dapat menuntun kita menuju harapan."
Hujan masih jatuh dan kembali. Aku beranjak dari bangku itu, kemudian mengenakan tudung jaketku.
Berlari menembus hujan.
0 wanderer:
Posting Komentar