In Flash Fiction

Regret?

"Aku tidak suka ini..."

"Yeah, tapi mau bagaimana lagi?"

"Huum... Tapi aku... Ah, sudahlah. Terima kasih untuk semuanya."

"Aku minta maaf. Soredemo, kimi ni deatta, yokatta (Tapi, aku bahagia bisa bertemu denganmu) Terima kasih."

Tidak ada tepukan di kepala atau pun ciuman perpisahan. Saat aku mengangkat kepala, punggungnya yang lebar menghalangiku menatap wajahnya. Rambut acaknya menari ditiup angin musim gugur.

Aku terus memandang punggung itu. Berharap ia akan berbalik dan tersenyumtapi itu mustahil.

Merapatkan syal merah yang melilit leherku, aku memutar tubuhku. Menahan dingin dari terpaan angin musim gugur yang menusuk, kulangkahkan kaki meninggalkannya.

Aku tidak akan menangis. Lagipula, apa yang harus kutangisi?

Aku bahagia telah mengenalnya. Aku senang ia telah mengisi beberapa lembar hidupku yang kelabu. Aku tidak menyesal telah mencintainya.



Tapi, aku tidak rela ia meninggalkanku.

Related Articles

0 wanderer:

Posting Komentar